Tukang Kayu dan Rumahnya
Tukang kayu itu menyetujui permintaan pribadi majikannya dengan terpaksa karena udah pengen segera berhenti. Walhasil, kerjanya jadi setengah hati. Dengan perasaan malas dan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Udah gitu, ia juga pake bahan-bahan dengan kualitas yang sangat rendah. Akhirnya beres juga rumah yang diminta walau kualitasnya kurang memuaskan.
Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia ngasih sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu. Hadiah dari kami.”, katanya. Betapa kagetnya si tukang kayu. Rasa malu dan menyesal menghinggapi dirinya. Kalo saja ia tahu bahwa rumah yang dibangunnya itu untuk dirinya, pasti bakal dikerahkan segala daya upayanya untuk ngasih yang terbaik. Tapi apa mau dikata, kini ia mesti tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.
Pren, kaya gitulah gambaran kehidupan kita. Terkadang kita bingung, untuk apa apa hidup ini. Dalam kebingungan, kita lebih milih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang terbaik untuk mengisi hidup. Bahkan untuk urusan ibadah dan ketaatan kepada Allah swt pun kita anggap rutinitas. Pada akhir perjalanan kita dibuat kaget saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Allah swt berfirman:
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. (QS. Al-Mudatsir [74]: 3 .
Karenanya, pastikan tujuan hidup kita untuk meraih ridho Allah swt seoptimal mungkin. Percantik perjalanan hidup kita dengan aturan hidup Islam. Karena nasib kita di akhirat nanti adalah proyek yang kita kerjakan sendiri selama di dunia mulai dari saat ini. Keep on spirit![]
Komentar